28 Januari 2020
Redaksi
1290

Jangan Ngelawak apalagi Mempolitisasi, di tengah banyaknya Korban VIRUS CORONA

pusakanews.Net_ Beragam respons diperlihatkan para pengguna media sosial (medsos) terkait virus corona yang datang dari Kota Wuhan di China, kemudian menyebar ke wilayah China lainnya, dan sudah merebak ke beberapa negara.

Pengamat medsos dari Komunikonten Hariqo Wibawa Satria mengatakan, respons pengguna medsos dilatarbelakangi tiga hal utama. Pertama, penilaian tentang China.

Seperti diketahui, menurut Survei LSI yang dipublikasikan 12 Januari 2020, disebutkan bahwa China adalah negara paling berpengaruh di Indonesia, namun pengaruhnya cenderung negatif.

Kedua, pemberitaan media, terutama media arus utama tentang virus corona.

Ketiga, empati yang dimiliki setiap orang sebagai implementasi Pancasila, khususnya sila pertama dan kedua yang berbunyi: kemanusiaan yang adil dan beradab (Humanity).

Di antara berita terpopuler adalah:

pertama, virus corona diduga karena warga kota Wuhan yang mengkonsumsi sup kelelawar. Kedua, bahwa virus corona bukanlah virus biasa melainkan virus yang diciptakan untuk menjadi senjata biologis China.

Berita pertama direspons berbeda. Fokus penulis adalah pada yang negatif. Di antaranya adalah komentar beberapa akun yang mengatakan, "Pantas mereka terkena virus, karena mengkonsumsi makanan yang diharamkan."

Beberapa netizen bahkan menambahi dengan menuliskan mereka dilaknat, dihukum karena perlakukan terhadap warga Uighur dan kecaman lainnya.

Mereka yang memberikan komentar negatif kemudian terdiam bingung. Ketika media dalam waktu cepat juga memberitakan analisa lain, yakni sejarah virus dan temuan baru, contohnya seperti fakta bahwa virus juga pernah menyebar karena kencing hewan unta atau yang dikenal dengan virus MERS-CoV.

Di sinilah diperlukan kehati-hatian dalam mengambil kesimpulan, sebab kesimpulan yang buru-buru bisa menyakiti orang lain di media sosial.

Terkait hal tersebut, sebaiknya pengguna media sosial lebih berhati-hati dan sensitif, membaca banyak berita dan tidak mengandalkan informasi dari medsos dan WhatsApp.

Virus kebencian lebih berbahaya dari virus corona. Hanya karena satu berita, di antara kita langsung menyimpulkan, "Ini karena mereka makan sup kelelawar yang haram, makanya dilaknat".

Padahal banyak informasi lain seperti virus juga pernah disebar oleh kencing unta dan hewan lainnya.

Musibah apapun, banjir, gempa, atau apapun, utamakanlah empati pada korban, bukan dipolitisasi. Hariqo juga menyayangkan konten-konten tak beradab di tengah kematian manusia yang terus berjatuhan. Sebuah negara warganya banyak yang meninggal, keluarganya berduka, dunia ketakutan. Mengapa masih ada yang menyebar meme meledek, mensyukuri, melaknat, bahkan bikin pengumuman dengan bahasa mandarin untuk lucu-lucuan. Dimana kemanusiaan yang adil dan beradab? Di mana Pancasilanya?

Salah satu candaan yang membuat geram sebagian netizen ditulis oleh akun @pardedereza, akun tersebut menulis: "Gong Xi Fa Cai!! Apakah di tiongkok pas angpao di buka isi nya Virus Corona ?".

Cuitan ini menuai kecaman. Si pemilik akun dianggap tidak punya empati. Salah satu netizen lainnya, akun @wisnu_prasetya membalas cuitan tersebut dengan teguran keras. Selain itu, warganet juga menyerukan agar pemerintah Indonesia segera memberlakukan travel warning.

Akun twitter @jokowi menjadi sasaran utama seruan tersebut sejak hari ini, Senin 27 Januari 2020, pukul 10.57 WIB.

Akun Twitter @Jokowi memberikan respon dengan menuliskan. "Beberapa negara Asia Tenggara telah mengkonfirmasi masuknya virus corona. Kita pun sudah waspada dan siaga.

Sebanyak 135 thermo scanner telah diaktifkan di 135 pintu masuk Indonesia, dan 100 rumah sakit rujukan sudah kita siapkan untuk pasien dengan gejala terjangkit virus ini", tulis akun @jokowi disertai infografis tentang Novel Coronavirus, gejala, pencegahannya serta informasi bahwa "saat ini belum tersedia vaksin 2019-nCov".

Hariqo Wibawa Satria adalah Direktur Eksekutif Komunikonten dan penulis buku Seni Mengelola Tim Media Sosial.

(fhm) 

Tags